9 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan
Oleh Badrul
Tamam
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan
para sahabatnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat
baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan
kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Pada bulan tersebut, Allah melimpahkan
banyak kerunia kepada hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi
jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan semestinya.
Berikut ini kami hadirkan beberapa amal-amal utama yang sangat ditekankan pada
bulan Ramadhan.
1. Shiyam/Puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
كُلُّ
عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة
ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا
أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan
pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali
lipat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia
bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa)
dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang
berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria
ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap
mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari
dan Muslim, lafadz milik Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan
keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak
diberikan kepada orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini
sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan
dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan
minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.
Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah
seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut
kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada
orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan,
'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga
pendengaran, penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama
antara hari saat berpuasa dan tidak.
2. Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan
Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
وَعِبَادُ
الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ
سُجَّدًا وَقِيَامًا
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka."
(QS. Al-Furqan: 63-64)
Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha
berkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau
melemah maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa
melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah
masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian
berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ
نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)
Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:
أَمَّنْ
هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya?" (QS. Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata,
"Luar biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi
Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena
banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin
Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu sehingga beliau membaca Al-Qur'an
dalam satu raka'at."
Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih
hendaknya mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin,
karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda, "Siapa
yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya shalat
sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)
3. Shadaqah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah
manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan.
Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus
dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah
shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)
Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki
keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya
sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:
a. memberi makan
Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan
orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan
dalam firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ
الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ
لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ
مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ
ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا
صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari
itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka
dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka
(dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)
Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan
dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang
lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan
dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir. Rasullullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan,
sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya
engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan
dishahihkan oleh Al-Albani)
Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku
mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang
mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari
keturunan Islmail."
Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal
mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin
Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu 'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar,
tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan
saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan
melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin
Mubarak.
Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani
Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun
dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan,
dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya
bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.
b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, "Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti
pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun."
(HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu 'Anhu,
"Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka
diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala
orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya."
. . . Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan
kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan.
. .
4. Bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur'an
Dan ini sudah kami ulas dalam tulisan yang lalu
berjudul: Teladan Salaf Dalam Membaca Al-Qur'an di Bulan Ramadhan.
5. Duduk di masjid sampai matahari terbit
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit
(HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
مَنْ
صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu
duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at,
maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna."
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana
kalau itu dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat
menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang
bangun di akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan
bersemangat untuk menggapai derajat tinggi di surga.
6. I'tikaf
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
senantiasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan
diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim).
I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan;
berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah
melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah
bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang
benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i'tikaf di sepuluh
hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I'tikaf merupakan
kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu'takif (orang yang
beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya,
memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung
hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan
kepada-Nya. Maka bagi orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali
Allah dan mendapat ridha-Nya.
7. Umrah pada bulan Ramadhan
Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, beliau bersabda,
عُمْرَةً
فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji
bersamaku." Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
8. Menghidupkan Lailatul Qadar
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ
الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda,
وَمَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari
imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk
mencarinya. Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari
terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari
Ubadah secara marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar,
lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan
datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang
dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)
. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya
pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke
27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .
Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf
dari kalangan sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam
sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan
dan tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya
untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan
ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya
lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan
Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya,
sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.
Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir
Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan
adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin
Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam
keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah
atas itu dengan mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah
dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada kami,
matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau."
Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku
mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab,
"Ucapkan:
اللَّهُمَّ
إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf,
menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi,
dishahihkan Al-Albani)
9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar
Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah
waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir
dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia
berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit
dunia dan berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah
orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia."
- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah
firmankan, "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada
Allah)." (QS. Al-Dzaariyat: 18)
. . . Sesungguhnya berpuasa tidak hanya
sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi
hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. . .
Penutup
Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan
makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan
malamnya dengan amal shalih. Ini sebagai bentuk pembenaran akan janji Allah
adanya pahala yang berlipat. Sekaligus juga sebagai pemuliaan atas bulan yang
penuh barakah dan rahmat.
Beberapa amal-amal ibadah di atas memiliki kekhususan
dan hubungan kuat dengan kegiatan Ramadhan, lebih utama dibandingkan dengan
amal-amal lainnya. Maka selayaknya amal-amal tersebut mendapat perhatian lebih
dari para shaimin (orang-orang yang berpuasa) agar mendapatkan pahala berlipat,
limpahan rahmat, dan hujan ampunan. Sesungguhnya orang yang diharamkan kebaikan
pada bulan Ramadhan, sungguh benar-benar diharamkan kebaikan darinya. Dan siapa
yang keluar dari Ramadhan tanpa diampuni dosa-dosa dan kesalahannya, maka ia
termasuk orang merugi. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sumber: http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2011/08/03/15713/9-amal-ibadah-utama-di-bulan-ramadhan/#sthash.UUAYDMbN.dpbs
No comments:
Post a Comment