KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami
panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karuniaNyalah, Makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya . Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran IPS Sejarah dengan
judul Asal Usul Nenek Moyang Indonesia. Dengan membuat tugas ini kami
diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Asal Usul Nenek Moyang Indonesia
.
Kami sadar, sebagai
seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga
makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi
muda bahwa kita juga harus mengetahui Asal Usul dan Perkembangan nenek moyang
kita di Indonesia .
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
judul………………………………………………………………………………
Kata pengantar………………………………………………………………………………
Daftar
isi…………………………………………………………………………………….
Bab I pendahuluan
1.1 latar
belakang…………………………………………………………………………….
1.2 Rumusan
masalah……………………………………………………………………….
1.3 Tujuan
penulisan………………………………………………………………………..
Bab II pembahasan
2.1 Pembagian Masa Praaksara di Indonesia………………………………………………
2.2
Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia……………………………………………..
2.3
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia…………………………………………
Bab III penutup
3.1
kesimpulan………………………………………………………………………………
3.2 saran…………………………………………………………………………………….
Daftar
pustaka………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi banyak masyarakat yang tidak
tahu akan nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya
zaman, semakin banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarah nenek
moyangnya sendiri . Hal ini mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia
masih di ragukan . berangkat adri permasalahan ini, kami ingin membahas tentang
Asal Usul Nenek Moyang Indonesia .
1.2. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan
latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana Pembagian Masa Praaksara di Indonesia?
- Menjelaskan Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia?
- Menjelaskan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini
dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para
remaja dalam pemahaman tentang Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan
Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Pembagian Masa Praaksara di Indonesia!
2. Mengetahui Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia!
3. Mengetahui Persebaran
Nenek Moyang Bangsa Indonesia!
1.4. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan
data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan teknik studi
kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan
sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Pembagian Masa Praaksara di Indonesia
1. Pembagian masa praaksara berdasarkan geologi :
a.
Arkaeozoikum
Zaman
ini terjadi sekitar 2500 juta
tahun yang lalu. Belum ada kehidupan apapun karena kondisi/keadaan bumi yang
masih panas.
b.
Palaeozoikum
Zaman
ini disebut juga Zaman Primer dan terjadi
sekitar 340 juta tahun yang lalu. Sudah ada kehidupan berupa makhluk bersel
satu. Kondisi bumipun masih panas.
c.
Mesozoikum
Zaman
ini disebut juga Zaman Sekunder dan terjadi sekitar 140 juta tahun yang lalu.
Di zaman ini, mulai muncul reptil-reptil
raksasa yang disebut dinosaurus. Zaman ini disebut juga Zaman Reptil.
d.
Neozoikum
Zaman
ini disebut juga Kainozoikum dan terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman
ini terbagi menjadi dua masa, yaitu Zaman Tersier yang ditandai dengan
munculnya binatang-binatang mamalia dan Zaman Kuarter yang ditandai dengan
munculnya jenis manusia purba. Zaman Kuarter terbagi lagi menjadi dua, yaitu
Zaman Dilluvium (Pleistosin) atau zaman es dan Zaman Alluvium (Holosin) yang
ditandai dengan munculnya manusia.
2. Pembagian masa praaksara berdasarkan arkeologi dan corak kehidupan :
a. Berdasarkan arkeologi :
1)
Zaman Batu
Zaman
Batu merupakan zaman dimana manusia menggunakan batu menjadi bahan
utama untuk membuat peralatan hidup. Zaman batu dibagi menjadi 4, yaitu Zaman
Batu Tua (Palaeolithikum), Zaman Batu
Madya (Mesolithikum),
Zaman Batu Muda (Neolithikum), dan Zaman
Batu Besar (Megalithikum).
a)
Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Ciri-ciri
Zaman Batu Tua :
1. Manusia
menggunakan alat-alat dari batu, sebagian kecil dari tulang yang kasar.
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).
Hasil
kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur.
b)
Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Ciri-ciri
Zaman Batu Madya :
1. Alat-alat yang
digunakan lebih halus daripada Zaman Batu Tua.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.
Mulai
ditemukan pebble atau kapak Sumatera.
c)
Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Ciri-ciri
Zaman Batu Muda :
1. Peralatan yang
digunakan batu sudah dihaluskan.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.
Ditemukannya
kapak lonjong dan beliung persegi.
d)
Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Zaman
Megalithikum merupakan zaman manusia membuat kebudayaan dari batu-batu besar.
Hasil kehidupannya adalah :
1. Menhir
merupakan tugu baru yang digunakan untuk memuja arwah leluhur.
2. Dolmen merupakan meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
3. Kubur batu merupakan tempat yang menyimpan mayat. Ada dua macam, yaitu waruga (berbentuk kubus) dan sarkofagus (berbentuk lesung).
4. Punden berundak merupakan bangunan batu yang disusun berundak-undak.
2. Dolmen merupakan meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
3. Kubur batu merupakan tempat yang menyimpan mayat. Ada dua macam, yaitu waruga (berbentuk kubus) dan sarkofagus (berbentuk lesung).
4. Punden berundak merupakan bangunan batu yang disusun berundak-undak.
Guna
dari artefak besar ini adalah sarana untuk memuja roh-roh nenek moyang. Pada
zaman ini, mulai muncul kepercayaan kepada fenomena alam dan roh nenek moyang.
2)
Zaman Logam
Pada
zaman ini, barang dan alat logam sudah dikenal (menjadi alat yang dominan) dan
peralatan dari batu pun terus berkembang. Zaman Logam dibagi menjadi tiga,
yaitu :
- Zaman Perunggu
– Zaman Tembaga (tidak dikenal di Indonesia)
– Zaman Besi
– Zaman Tembaga (tidak dikenal di Indonesia)
– Zaman Besi
Peninggalan
pada Zaman Logam adalah nekara, moko, kapak corong/kapak sepatu, arca perunggu,
dan bejana perunggu. Nekara merupakan genderang besar yang
terbuat dari perunggu yang berfungsi untuk upacara ritual (khususnya untuk
memanggil hujan). Nekara terbesar di Indonesia adalah Nekara “The Moon of Pejeng” yang
terdapat di Bali. Sedangkan moko
adalah nekara yang lebih kecil yang berfungsi sebagai mas kawin.
Selain
perunggu, logam lain yang digunakan pada zaman itu adalah besi. peninggalan
dari Zaman Besi berupa senjata tombak dan mata panah. Ada pula alat pertanian
seperti cangkul, sabit, dan mata bajak. Peninggalan dari besi susah ditemui
karena sifat besi yang mudah berkarat.
b. Berdasarkan corak kehidupan :
1)
Masa Meramu dan Berburu
Masa
Meramu dan Berburu berlangsung bersamaan dengan Zaman Batu Tua (Palaeolithikum).
Maka dari itu, Masa Meramu dan Berburu ini hampir sama dengan Zaman Batu Tua.
Kegiatan pokoknya adalah mengumpulkan makanan dari hasil hutan (atau berburu).
Kehidupan masyarakat pada saat itu hanya bergantung pada alam. Manusia pada
saat itu bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden). Beberapa alat yang
digunakan pada Zaman Meramu dan Berburu adalah :
1.
Kapak perimbas yang digunakan untuk merimbas (memotong) kayu dan menguliti
binatang.
2. Kapak genggam yang digunakan untuk mencari ubi dan memotong daging hasil buruan.
3. Tombak yang digunakan untuk berburu binatang buas.
2. Kapak genggam yang digunakan untuk mencari ubi dan memotong daging hasil buruan.
3. Tombak yang digunakan untuk berburu binatang buas.
Pada
masa ini, manusia sudah menggunakan api untuk
memasak, penerangan, dan menghalau binatang buas.
2)
Masa Bercocok Tanam
Di
jaman ini, manusia mulai bercocok tanam diladang/sawah. Peralatan pun mulai
diasah seperti kapak batu, mata anak panah, mata tombak. Yang terkenal adalah
beliung persegi. Tempat-tempat yang ditemukan kapak dan beliung persegi yang masih
kasar disebut atelier. Atelier ditemukan di
Punung, Jawa Timur dan Pasir Kawat, Jawa Barat. Manusia mulai bertempat tinggal
tetap (sedenter).
Tempat tinggalnya perlahan-lahan berbentuk ke bentuk yang lebih baik.
Mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Mulai juga ditemukan kapak
lonjong. Kapak lonjong merupakan alat untuk berburu yang tidak bisa ditemukan
di daerah Indonesia Barat.
3)
Masa Perundagian
Masa
ini merupakan perkembangan dari masa bercocok tanam. Masa Perundagian ditandai
dengan munculnya kaum undagi,
yaitu sekelompok orang yang ahli menciptakan suatu barang berupa cetakan dari
perunggu, besi, dan gerabah. Pada masa itu, ada teknik khusus dalam menciptakan
logam, yaitu teknik mencetak logam dengan cara berulang-ulang yang disebut bivalve.
Di jaman itu, mulai adanya perkampungan, dan adanya kegiatan perdagangan serta
pelayaran. Pada saat itu, masyarakat hidup penuh setia kawan dan solidaritas.
2.2 Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia
Berakhirnya
masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan. Mengapa demikian? Hal ini
berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan.
Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria
menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf.
Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa
Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf
Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat
transportasi tertentu. Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia
mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India
datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur
bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di
Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan
Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa. Sejak berakhirnya masa
praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami
kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha
mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.
a. Manusia Purba di Indonesia
Indonesia
merupakan tempat yang sangat penting untuk penelitian manusia purba. Ini karena
Indonesia banyak ditemukan fosil manusia purba. Fosil manusia yang menjadi
pengungkap masa praaksara di Indonesia disebut fosil pandu.
Di Indonesia, ada dua ra manusia yaitu Ras Austromelanesoid dan Ras Mongoloid.
Ras Austromelanesoid memiliki ciri-ciri : tubuh agak besar, tengkorak kecil,
rahang ke depan, hidung lebar, dan alat pengunyah kuat. Ras Mongoloid memiliki
ciri-ciri : tubuh lebih kecil, tengkorak sedang dan bundar, muka lebar dan
datar, hidung sedang. Sisa-sisa manusia di Langsa, Tamiang, dan Binjai (Sumatra
Utara) menunjukkan ciri-ciri Ras Austromelanesoid. Juga di Goa Lawa, Sampung,
Ponorogo dan di Flores (Liang Toge, Liang Momer, dan Liang Panas) menunjukkan
ciri-ciri Ras Austromelanesoid. Sedangkan, di Sulawesi
Selatan menunjukkan ciri-ciri Ras Mongoloid. Manusia purba di Indonesia ada
tiga jenis, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan
Homo.
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Nama
ini terdiri dari empat kata, yaitu mega (besar), anthropus (manusia), palaeo
(tua), dan javanicus
(Jawa). Maka, arti Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia besar tertua di
Jawa. Ini merupakan manusia paling primitif di Indonesia. Fosilnya ditemukan
oleh Von Koeningswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Ciri-ciri
Meganthropus Palaeojavanicus adalah :
- Memiliki tulang pipi yang tebal
- Memiliki otot kunyah yang kuat
- Memiliki tonjolan kening yang mencolok
- Memiliki tonjolan belakang yang tajam
- Tidak memiliki dagu
- Memiliki perawakan yang tegap
- Memakan jenis tumbuhan
2. Pithecanthropus Erectus
Nama
ini terdiri dari tiga kata, yaitu pithecos (kera), anthropus (manusia),
dan erectus (tegak).
Jadi arti Pithecanthropus Erectus ialah manusia kera yang berjalan tegak.
Fosilnya ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891 oleh
Eugene Dubois. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis, Mojokerto, Jawa
Timur tepatnya di Lembah Sungai Brantas pada tahun 1936 oleh Von Koeningswald.
Karena itu fosil anak-anak, Weidenreich menamakannya Pithecanthropus Robustus.
Sedangkan Von Koeningswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis.
Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus adalah :
- Tinggi badan sekitar 165-180 cm
- Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
- Bentuk tubuh dan anggota badan tegap
- Alah pengunyah dan otot tengkuk kuat
- Bentuk geraham besar dengan rahang yang kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal melintang
- Bentuk hidung tebal
- Bagian belakang kepala menonjol
- Muka menonjol ke depan dan dahi ke belakang
3. Homo
Homo
diberi nama homo sapiens yang berarti manusia
cerdas. Homo di Indonesia ada dua jenis, yaitu Homo Wajakensis dan Homo
Soloensis.
a.
Homo Soloensis
Nama
ini berarti manusia dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter Haar dan Oppenoorth
di daerah Ngandong, Lembah Bengawan Solo pada tahun 1931-1934.
b.
Homo Wajakensis
Nama
ini berarti manusia dari Wajak. Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli
Australia. Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Desa Wajak,
Tulungagung, Jawa Timur.
Ciri-ciri
Homo adalah :
- Volume otaknya antara 1000-1200 cc
- Tinggi badan antara 130-210 cm
- Otot tengkuk mengalami penyusutan
- Muka tidak menonjol ke depan
- Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
Manusia
purba tidak hanya di Indonesia, ada pula di luar Indonesia, yaitu di China,
Afrika, dan Eropa.
1. Manusia dari China
Pada
tahun 1927, Davidson Black menemukan fosil manusia purba di China yang diberi
nama Homo Pekinensis yang berarti manusia dari Peking. Ia menemukan fosil
tersebut di Goa Choukhoutien sekitar 40 km dari Kota Peking. Homo Pekinensis
mirip dengan Pithecanthropus Erectus sehingga diberi nama Pithecanthropus
Pekinensis yang artinya manusia kera dari Peking.
2. Manusia purba di Afrika
Fosilnya
diberi nama Homo Africanus yang artinya manusia dari Afrika. Fosil ini
ditemukan oleh Raymond Dart di sebuah pertambangan di Taung, Botswana pada
tahun 1924. Fosil Homo Africanus disebut Austrolopithecus Africanus karena
mirip dengan penduduk asli Australia.
3. Manusia purba di Eropa
Pada
tahun 1856, Rudolf Virchow melakukan penggalian di Lembah Neanderthal,
Dusserdolf, Jerman. Ia menemukan fosil yang diberi nama Homo Neanderthalensis
atau manusia Neanderthal. Di Goa Spy, Belgia juga ditemukan fosil sejenis. Di
Perancis juga ditemukan fosil manusia yang diberi nama Homo Cro-Magnon.
b. Terbentuknya kepulauan di indonesia
Indonesia
terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini
disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia. Indonesia
memiliki lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk gunung
berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak
terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian
gunung berapi aktif (Ring of Fire).
Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.
Indonesia
terletak pada pertemuan 4 lempeng besar dunia(Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Filipina dan Pasifik)
Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak 5-9 cm per tahun , namun, karena masa
batuan yang bergerak besar, maka energinya besar pula. Hal tersebut berdampak
pada banyaknya aktivitas vulkanisme, tektonisme bahkan gempa bumi di wilayah
kepulauan Indonesia.
Teori
tektonik lempeng (plate tectonic)
adalah teori yang menjelaskan pergerakan yang terjadi di kulit bumi sehingga
memunculkan bentuk permukaan bumi seperti yang sekarang kita diami.
Menunjamnya
lempeng dasar samudra disebabkan oleh desakan lempeng benua yang lebih tebal
dan keras, dan di tempat inilah terbentuk palung laut (dasar laut yang dalam
dan memanjang). Dampak dari pergerakan lempeng terhadap wilayah Indonesia,
membuat wilayah Indonesia rawan akan gempa bumi.
Adanya
pergerakan subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara lempeng Indo-Australia
dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak
lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra
dan deretan gunung berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali, dan Lombok, serta
parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus
bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup
keras. Jika ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan
magma ke permukaan.
Bagaimana
proses terbentuknya Kepulauan di Indonesia ?
Pulau
Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, sampai kepulauan di provinsi NTT dan NTB
: Pulau-pulau tersebut terbentuk Karena adanya aktivitas vulkanisme di
bawah permukaan bumi, maka hasil yang dapat dirasakan di permukaan Bumi adalah
adanya lava(cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi).
Lama kelamaan lava tersebut memadat bertambah besar membentuk sebuah busur
pulau. Proses seperti ini dikenal sebagai Island Arc.
Pulau
Sulawesi : Pulau
Sulawesi terbentuk akibat pertemuan lempeng Filipina, Indo-Australia, Eurasia
dan lempeng mikro lain di daerah tersebut.
Pulau
Irian Jaya dan
Kalimantan : Keduanya memilki kesamaan proses terbentuknya, keduanya
terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya permukaan bumi,
sesuai teori tektonik lempeng yang
menyebutkan bahwa dahulu seluruh daratan di muka bumi ini adalah satu daratan
yang maha luas bernama Pangea yang terpecah menjadi dua yaitu Godwana(di Utara)
dan Laurasia(di Selatan). Seiring berjalannya waktu kedua lempeng besar tersebut
terpecah-pecah kembali menjadi pecahan benua-benua seperti sekarang .
Pulau-pulau
kecil : Proses terbentuknya pulau-pulau ini, sangat sederhana
dibanding yang lain. Mereka berasal dari endapan pecahan kerang, koral dan
binatang laut lainnya. Semakin lama semakin besar, dan akhirnya terbentuklah
sebuah pulau baru.
2.3 Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Nenek
moyang bangsa Indonesia termasuk dalam bangsa Melayu Austronesia. Menurut Kern
dan Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Hindia
Belakang di China Selatan. Persebarannya ke Indonesia melalui dua periode,
yaitu pada tahun 1500 SM dan 500 SM. Sebelum bangsa Melayu Austronesia datang,
di Indonesia sudah didiami oleh Suku Wedoid dan Negrito. Sisa-sisa Suku Wedodi
yang masih hidup adalah Suku Sakai di Siak, Suku Kubu di Jambi, dan Suku Duku
Lubu di Palembang. Adapun sisa-sisa Suku Negrito dikatakan “lenyap” dari
Indonesia.
1. Periode Persebaran Tahun 1500 SM
Periode
pertama persebaran nenek moyang bangsa Indonesia ini juga disebut persebaran Proto
Melayu (Melayu Tua). Persebaran Proto Melayu terjadi melalui dua
jalur, yaitu jalur barat-selatan dan jalur timur-utara.
a.
Persebaran Jalur Barat-Selatan berawal dari
Yunan-Melayu-Sumatra-Jawa-Kalimantan.
b.
Persebaran Jalur Timur-Utara berawal dari
Yunan-Vietnam-Filipina-Sulawesi-Irian.
Persebaran
periode Proto Melayu membawa kebudayaan batu muda (Neolithikum) yang berpusat
di Baschon Hoabinh (Indochina). Bangsa Proto Melayu menurunkan berbagai suku
seperti Suku Toraja, Suku Nias, Suku Batak, Suku Dayak, dan Suku Sasak.
2. Periode Persebaran Tahun 500 SM
Periode
persebaran tahun 500 SM juga disebut persebaran Deutero Melayu (Melayu
Muda). Jalur persebarannya adalah melalui Daratan Asia-Semenanjung
Melayu-Sumatra-Jawa. Periode persebaran Deutero Melayu membawa kebudayaan logam
yang berpusat di Dongson (Indochina). Bangsa Deutero Melayu menurunkan Suku
Minang, Suku Jawa, dan Suku Bugis.
Pendapat
Von Heine Geldern tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia diperkuat
hasil penyelidikan Prof. Dr. H. Kern pada tahun 1899 yang melakukan
perbandingan-perbandingan terhadap rumpun bahasa Austronesia. Hasilnya
membuktikan bahwa berbagai bahasa daerah yang tersebar di Indonesia pada
mulanya ialah satu rumpun bahasa yaitu Rumpun Bahasa Austronesia.
Penyelidikan ini juga memperkuat teori bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Yunan, Cina Selatan.
a. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
Menurut
Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China
bagian Selatan.
Kedatangan
nenek moyang dari wilayah Yunnan ke wilayah nusantara terbagi dalam dua
gelombang yakni:
1. Proto Melayu: tiba di wilayah nusantara kira-kira tahun 2000 SM, mereka membawa kebudayaan Neolithikum. Arah persebaran proto melayu terbagi dalam 2 cabang yakni: Bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong (ras papua melanesoid) , datang dari Yunnan melalui Filipina, kemudian menyebar ke Sulawesi Utara, Maluku, bahkan sampai ke Papua. Cabang yang kedua adalah Ras Austronesia, membawa kebudayaan kapak persegi, menyebar melalui Yunnan, Malaya, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.
1. Proto Melayu: tiba di wilayah nusantara kira-kira tahun 2000 SM, mereka membawa kebudayaan Neolithikum. Arah persebaran proto melayu terbagi dalam 2 cabang yakni: Bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong (ras papua melanesoid) , datang dari Yunnan melalui Filipina, kemudian menyebar ke Sulawesi Utara, Maluku, bahkan sampai ke Papua. Cabang yang kedua adalah Ras Austronesia, membawa kebudayaan kapak persegi, menyebar melalui Yunnan, Malaya, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.
![Salah satu perkakas manusia purba](file:///C:\DOCUME~1\owner\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.jpg)
Hasil budaya proto melayu
2. Deutro Melayu: sampai di wilayah Nusantara
kira-kira tahun 500 SM, membawa kebudayaan Dongson, wilayah Vietnam bagian
utara, benda yang dibawa antara lain: nekara, candrasa, bejana, arca,
manik-manik. Alur penyebaran Melayu Muda ini, berawal dari daratan Asia,
Thailand, Malaysia Barat, kemudian menyebar ke wilayah Nusantara.
Contoh hasil kebudayaan Dongson
(nekara dan moko)
Jenis – Jenis Manusia Indonesia
Yang Hidup Pada Masa Pra Aksara
1.
Megantropus paleojavanicus
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
2.
Pithekantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
3.
Pithekantropus Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
4.
Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
5.
Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Ciri – ciri Manusia Pra Aksara :
Meganthropus Palaeo Jaavanicus
|
Pithe Canthropus Erectus
|
Homo
|
-
Berbadan
tegap dengan tonjolan di belakang kepala
-
Bertulang
pipi tebal
-
Tidak
berdagu
-
Gigi
dan rahang besar dan kuat
|
-
Tinggi
tubuhnya 165 – 180 cm
-
Berbadan
tegap
-
Hidung
lebar tidak berdagu
-
Volumea
otak antara 750 cc – 1300 cc
|
- Tinggi tubuh sekitar 130 – 210
cm
- Otot kenyal, gigi dan rahang
sudah menyusut
- sudah merdagu
- Volume otak 1000 – 1300 cc
|
Catatan :
1. di Indonesia ditemukan fosil manusia purba terbanyak
di dunia ini dan fosil manusia purba tertua juga ditemukan di Indonesia yang
ditemukan di sekitar lembah bengawan Solo kabupaten Sragen. Sragen telah
ditetapkan oleh UNESCO sebagai "World Heritage" atau
Warisan Dunia.
2. Indonesia merupakan surga bagi penelitian kehidupan
manusia purba, karena fosil yang ditemukan di Indonesia paling banyak jenisnya.
C. Perkembangan corak kehidupan dan
peralatan yang digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :
1.
Masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana
corak kehidupan :
corak kehidupan :
Nomaden ( berpindah – pindah )
Kebutuhan hidup tergantung pada
alam
Peralatan yang digunakan :
Kapak berimbas
Kapak penetak
Kapak genggam
2.
Masa Berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjutan
Corak kehidupan :
Corak kehidupan :
Bertempat tinggal di gua – gua (
setengah menetap )
Sudah mengenal api
Sudah mengenal bertanam sederhana
Peralataan yang digunakan :
Kapak berimbas
Kapak penetak
Kapak genggam
Peralatan serpih
Peralatan dari tulang
3. Masa bercocok tanam
Sudah mampu mengatur dan
memanfaatkan sumber daya alam
Sudah mampu menghasilkan makanan
sendiri
Sudah mulai hidup menetapSudah
mengenal sistem gotong royong
Peralatan yang digunakan :
Beliung : Kapak batu, mata anak
panah, mata tombak, gerabah
Beliung persegi > batu yang
sudah dihaluskan pada sisi - sisinya
4.
Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
Manusia terbagi dalam kelompok –
kelompok yang memiliki ketrampilan
Manusia membangun tempat pemujaan
dari batu – batu besar.
Peralatan yang digunakan :
Kapak perunggu ( kapak corong,
kapak sepatu ), nekara, moko, peralatan upacara manik – manik dll.
D. Sistem Kepercayaan dan Peninggalan – Peninggalan kebudayaan pada masa
perundagian :
1.
Sistem kepercayaan a.l.
Anismisme
Yaitu kepercayaan kepada nenek
moyang terhadap roh ( jiwa ) nenek moyang yaang telah meninggal dan masih
berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.
Dinamisme
Yaitu paham kepercayaan terhadap
benda – benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Totemisme
Yaitu paham kepercayaaan yang
menganggap suci / memiliki kekuatan supranatural roh binatang tertentu seperti
harimau, sapi, ular, dan kucing.
Shamamisme
Yaitu paham pemujaan terhadap
pelaksana upacara ritual, misal dukun / kepala suku
2.
Bentuk bangunan masa perundagian
Menhir
Yaitu tiang batu sebagai tugu
peringatan kepada arwah nenek moyang
Dolmen
Yaitu meja batu tempat meletakkan
sesaji
Peti kubur batu
Yaitu Lempengan batu besar
berbentuk kotak persegi panjang sebagai peti jenasah
Sarkofagus
Yaitu Bangunan batu besar
berbentuk seperti mangkuk sepasang sebagai peti jenasah
Patung nenek moyang
yaitu bangunan berbentuk arca
bagian kepala sebagai lambang nenek moyang
Punden berundah
Yaitu Susunan batu bertingkat
menyerupai candi sebagai upacara pemujaan
Waruga
yaitu Peti kubur batu berukuran
kecil berbentuk kubus dan memiliki tutup dari lempengan batu lebar
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Asal usul manusia berkaitan dengan teori evolusi.
Tokoh yang mengeluarkan
teori
evolusi ialah Charles Darwin. Berdasarkan
teorinya, Darwin mencoba memberikan jawaban tentang asal-usul manusia dan
bagaimana manusia itu mengalami perkembangan secara fisik. Penemuan manusia
purba di Indonesia dapat menjelaskan tentang asal usul dan penyebaran manusia
di Indonesia. Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut maka timbul berbagai teori
mengenai asal usul dan persebaran manusia di Indonesia.
3.2 Saran
Demikianlah
makalah ini saya susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
makalah ini .
DAFTAR
PUSTAKA
Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah
1 Indonesia dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
Mustopo Habib. 2007. Sejarah 1.
Jakarta : Yudhistira
http://fitrinuraenialhafidza.wordpress.com/2013/02/19/makalah-asal-usul-penyebaran-dan-pengaruh-nenek-moyang-bangsa-indonesia/
No comments:
Post a Comment