Monday 22 September 2014

MAKALAH PENCEMARAN SUARA DI LAPANGAN TERBANG



TUGAS PLH
PENCEMARAN SUARA DI LAPANGAN
 TERBANG



OLEH :

RAHANI WASTUTI

KELAS XII IPA 1




SMA NEGERI 1 PERANAP
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
 T.A 2014
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha bijaksana yang telah member petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .                                                                                                                                              
Syukur kehadiran Allah SWT, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Pencemaran Suara Di Lapangan Terbang”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.



Peranap, 19 September  2014












DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………………………………..
Kata pengantar………………………………………………………………………….
Daftar isi………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar belakang………………………………………………………………………
B.      Rumusan masalah…………………………………………………………………..
C.      Tujuan penulisan……………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN
A.      Pengertian  pencemaran suara………………………………………………………
B.      Penyebab pencemaran suara………………………………………………………..
C.      Dampak pencemaran suara………………………………………………………….

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan…………………………………………………………………………..
B.      Saran…………………………………………………………………………………

BAB V Daftar pustaka……………………………………………………………………










BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kita semua tahu, saat ini kita lebih banyak dieksploitasi dengan terlalu banyak suara lebih dari masa apapun dalam sejarah. Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain.
Sekitar 16,8 persen dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran pada 1996. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu pendengarannya.
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan dalam kehidupan sehari–hari tentang dampak kebisingan atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah – langkah yang tepat untuk menanggulangi salah satu polusi yang dianggap tidak begitu berdampak dibanding dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini dengan jelas terlihat dalam kehidupan kita sehari–hari.
Dalam makalah ini penulis ingin menyajikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pencemaran suara. Selain itu, penulis juga akan menguraikan bagaimana cara untuk menanggulangi pencemaran suara yang efeknya secara tidak sadar telah menggangu kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran suara?
2. Apa yang menyebabkan pencemaran suara?
3. Apa saja dampak dari pencemaran suara?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi pencemaran suara.
2. Mengetahui sebab – sebab pencemaran suara.
3. Mengetahui dampak dari pencemaran suara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.
       Suara merambat di udara. Suara yang mengganggu dapat dianggap sebagai polutan di udara. Polusi yang disebabkan suara kita kenal sebagai pulusi suara atau kebisingan.

       Polusi suara atau kebisingan diartikan sebagai suara atau bunyi yang dapat mengganggu dan/atau merusak pendengaran manusia dan hewan. Kebisingan dapat dibagi menajdi tiga macam, yaitu :
  • Kebisingan impulsive, yaitu kebisingan yang datangnya tidak terus-menerus, misalnya suara palu ketika y\orang memaku.
  • Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang datangnya secara terus-menerus dalam jangka waktu ayng cukup lama, misalnya suara mesin yang dihidupkan.
  • Kebisingan semi kontinyu, yaitu kebisingan kontinyu yang hanya sekejap, kemudian hilang tapi ada kemungkinan akan terulang, misalnya suara kereta api atau atau pesawat terbang yang lewat.
        Tingkat kebisingan dapat diukur dengan suatu unit pengukur disebel (dB). Semakin besar disebelnya semakin besar juga resiko kerusakan yang ditimbulkan suaru tersebut sehingga waktu kontak dengan suara yang diperolehkan akan semakin kecil.
  • Tingkat kebisingan dB 0, contoh : Batas ambang dengar
  • Amat sangat tenang dB 10 – 20, contoh : Suara daun bergesek
  • Sangat tenang dB 30 – 50, Contoh : Suara orang becakap normal
  • Bising dB 60 – 70, contoh : Suara orang beteriak, suara pembersih vakum (vacuum cleaner)
  • Sangat bising dB 80 – 90, Suara sirene, suara mesin diesel, suara mesin pengolah kapas, suara bender
  • Menulikan dB 100 – 120, contoh : Suara pesawat jet, suara halilintar, suara mesin traktor, suara mesin tekstil, suara mesin pabrik baja
  • Amat sangat menulikan dB lebih dari 120, contoh : Suara roket
        Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi atau tidak merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara bersifat setempat, tidak seperti polusi udara maupun polusi air
Para peneliti menemukan bahwa kematian yang disebabkan serangan jantung lebih lazim ditemukan pada orang-orang yang banyak terekspos dengan suara pesawat terbang.

"Pengaruh tersebut terlihat jelas khususnya bagi orang-orang yang terekspos dengan tingkat bunyi atau kebisingan yang sangat tinggi dan tergantung pada berapa lama orang-orang tersebut tinggal di tempat gaduh tersebut," kata peneliti Matthias Egger dari Universitas Bern.

Ini bukanlah merupakan studi pertama yang menghubungkan efek negatif kesehatan termasuk resiko kardiovaskular bagi mereka yang tinggal di dekat jalur penerbangan.
Akan tetapi studi ini bisa membantu menentukan apakah kebisingan tersebut yang memang merupakan pengaruh utama, atau hal-hal lain yang ada bersama suara tersebut seperti polusi atau pencemaran udara.
"Sudah menjadi permasalahannya bahwa ketika anda memperhatikan kebisingan lalu-lintas jalan, ada tingkat kegaduhan tinggi sekaligus tingkat polusi udara yang tinggi juga," kata Egger.
"Dengan memperhatikan bandar-bandar udara, kita ada dalam posisi untuk menguraikan pengaruh-pengaruh ini."
Catatan serta data lingkungan dari pemerintah membantu tim tersebut menentukan jarak tempat tinggal para penduduk dari bandar-bandar udara dan jalan-jalan utama, begitu juga dengan tingkat relatif materi partikulasi di sekitarnya.
Hal ini memperkenankan para peneliti untuk menunjukkan dengan tepat eksposur suara pesawat terbang dan polusi udara bagi tiap individu selama periode 15 tahun atau lebih.
Setelah memperhitungkan polusi udara dan faktor-faktor lainnya termasuk pendidikan dan tingkat penghasilan, tim peneliti tersebut menemukan bahwa dua-duanya tingkat dan durasi suara pesawat terbang meningkatkan resiko serangan jantung yang mematikan.
Orang-orang yang terekspos dengan suara kebisingan harian rata-rata sekurang-kurangnya 60 desibel memiliki 30 persen resiko kematian karena serangan jantung ketimbang mereka yang terekspos kurang dari 45 desibel, menurut laporan para peneliti yang dipublikasikan di jurnal Epidemiologi.
Mereka yang terekspos dengan tingkat desibel yang lebih tinggi selama 15 tahun atau lebih, resikonya 50 persen lebih tinggi.
"Mengukur eksposur menjadi rumit dikarenakan fakta bahwa suara pesawat terbang hanya sebentar-sebentar dan untuk sementara waktu dapat melonjak di atas 100 desibel jika anda dalam posisi dekat dengan pesawat yang akan tinggal landas atau mendarat," kata Egger.
Akan tetapi rata-rata 60 desibel ialah yang anda perkirakan pada ukuran tingkat suara yang ramai.
Tinggal di rumah yang berjarak sekitar 100 meter dari jalan utama juga meningkatkan resiko serangan jantung tapi para peneliti tidak menemukan dampak partikulasi polusi udara terhadap jantung.


BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN

A. Definisi Polusi / Pencemaran Suara
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya.
Jadi, pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melampui 70 desibel (dB).

B. Penyebab Pencemaran Suara
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Sifat polutan adalah:
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama.
Dalam pencemaran suara, kebisingan yang dialami sehari – hari tanpa sadar merupakan faktor utama terjadinya pencemaran suara. Apalagi pada era modern seperti sekarang ini banyak sekali alat – alat yang menggunakan mesin yang berbunyi bising serta penggunaan gadget yang bisa memutar bunyi dengan earphone yang suaranya langsung mengenai gendang telinga tanpa ada perantara merupakan suatu hal yang beresiko mengakibatkan pencemaran suara.
Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain. Di kabin mobil, kapal laut, dan pesawat terbang menimbulkan suara mesin yang menderu. Juga di pabrik atau tempat kerja yang memakai kipas angin besar, kompresor, trafo, dan pompa. Di hotel, perkantoran, atau apartemen biasanya saluran udaranya mengeluarkan bising.
Sebagai contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan kebisingan yang kekuatannya diukur dengan dB atau desibel adalah

1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin motor 5 pk = 104 dB
4. Suara petir = 120 dB
5. Pesawat jet tinggal landas = 150 Db

C. Dampak Pencemaran Suara
Tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Menurut WHO, tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain.

2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis.

3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan.
Menurut penelitian, musik berirama keras, hingga 'berlimpah ruah' berdampak dramatik pada psikologi. Selain berakibat merusak gendang pendengaran, menurut Dr. Luther Terry, mantan peneliti di Badan Bedah AS, yang melakukan penelitian adanya akibat negatif terkait suara yang bising, proses pendengaran melibatkan: kontruksi jantung, peredaran darah, meningkatkan kerja hati, pernafasan yang meningkat, menghambat penyerapan kulit dan tekanan kerangka otot, sistem pencernaan berubah, aktivitas yang berhubungan dengan kelenjar yang memberi pertanda pada zat-zat kimia dalam tubuh termasuk darah dan air seni, efek keseimbangan organ. Juga keseimbangan efek perasa dan perubahan kimia di otak. Itu semua merupakan sebagian dari efek suara bising pada manusia.

Terry juga mengungkapkan adanya efek negatif suara gaduh dalam perkembangan janin. Penelitian menemukan pula, kalau setelah terpapar suara berkekuatan tinggi, seperti suara pesawat yang tinggal landas atau tempat kerja yang sangat ramai, tekanan darah meningkat hingga 30%. Pengaruh negatif bertambah dengan adanya kenyataan tekanan darah meningkat dalam tingkat yang tinggi, bahkan saat paparan suara bising berakhir.

Mungkin Anda memilih untuk tak tinggal di dekat bandara agar tak terkena dampak buruk kebisingan lalu litas pesawat. Meski demikian, suara gaduh lain yang mungkin kita pertimbangkan secara moderat memang memiliki pengaruh. Sebuah penelitian di Jerman menemukan, bahwa tinggal di daerah yang bising dan jalanan yang sibuk memungkinkan mengakibatkan serangan jantung sebesar 20%, lebih tinggi dari pada orang-orang yang tinggal di daerah tenang.

Studi tersebut menghubungkan permasalahan dalam mendengarkan, juga dipengaruhi oleh kebisingan. Selain itu, suara gaduh juga dapat berpengaruh pada anak-anak dalam belajar bicara, membaca, dan dalam menangkap pelajaran di sekolah. Pengaruh yang sama juga telah didokumentasikan pada orang-orang yang tinggal di dekat bandara, dekat rel kereta api dan jalan besar. Ketidakmampuan untuk mendengar dan memahami segala yang diajarkan guru dapat diartikan sebagai kwalitas yang menyedihkan, dan bahkan dapat meningkatkan tingkat ketidaklulusan di sekolah.
Lebih jauh lagi, polusi suara juga membawa dampak pada tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Sebuah studi mengamati respon seorang pejalan kaki saat seseorang meminta bantuan di tempat yang gaduh. Sementara ditengah kebisingan suara mesin pemotong rumput yang meraung di sekitar, ada seseorang wanita yang patah tulang menjatuhkan bukunya, tak seorangpun datang untuk memberikan bantuan. Namun pada saat mesin pemotong rumput yang bersuara ribut dimatikan, dan kejadian yang sama diulang, beberapa pejalan kaki berhenti guna memberi bantuan pada wanita ini.

Dari uraian diatas, dampak pencemaran suara biasanya hanya menyebabkan gangguan–gangguan kecil yang tidak begitu dirasakan oleh makhluk yang tercemari. Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB itulah yang dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia dan juga menimbulkan kerugian secara materi karena dengan kesehatan yang terganggu maka produktivitas kerja akan menurun.






BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Dimanapun kita berada kita selalu mendengar kebisingan yang secara tidak sadar juga mengganggu kinerja tubuh kita. Walaupun tidak begitu mendapat perhatian seperti 3 pencemaran lain, pencemaran suara merupakan suatu yang sangat penting untuk dikaji karena dampaknya kian hari kian terlihat.
Banyak gangguan yang diakibatkan oleh pencemaran suara diantaranya mulai dari konsentrasi yang kurang sampai meninggal akibat kebisingan yang diterima dalam jangka waktu yang lama dan secara tidak langsung mengajak otak untuk mengubah cara kerja organ tubuh.

B. Saran
Untuk meminimalisir polusi suara ini ada berbagai cara yang bisa dilakukan yaitu dengan meredam bising yang tidak diinginkan dengan suara yang menenangkan, pembangunan bangunan peredam bising, meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, peralatan elektronik dan pemberian peredam suara oleh pabrik untuk produknya yang dirasa menimbulkan kebisingan yang melewati ambang batas pendengaran manusia.











BAB V DAFTAR PUSTAKA









4 comments: