TUGAS
PLH
PENCEMARAN
AIR LAUT OLEH TUMPAHAN
MINYAK
OLEH :
EGI
DIAH SAHVITRI
KELAS XII IPA
SMA
NEGERI 1 PERANAP
KABUPATEN
INDRAGIRI HULU
T.A 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha
bijaksana yang telah member petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan
hanya kepada-Nya. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad
SAW yang membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Syukur kehadiran Allah SWT, karena dengan pertolonganNya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Pencemaran Air Laut Oleh Tumpahan Minyak”. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.
Peranap, 22 September 2014
DAFTAR ISI
Halaman
judul…………………………………………………………………………..
Kata
pengantar………………………………………………………………………….
Daftar
isi………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang………………………………………………………………………
B. Rumusan
masalah…………………………………………………………………..
C. Tujuan
penulisan……………………………………………………………………
D. Manfaat…………………………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA……………………………………………………….
BAB III DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penyebab
pencemaran air laut………………………………………………………
B. Dampak
pencemaran air laut………………………………………………………..
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………………
BAB V Daftar
pustaka……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Minyak dan
gas bumi sampai saat ini masih merupakan merupakan sumber energi yang
menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri, transportasi dan rumah
tangga. Selain itu, pemanfaatan berbagai produk akhir atau produk-produk turunan
minyak bumi juga semakin meningkat sehingga peningkatan akan permintaan minyak
bumi di seluruh dunia telah mengakibatkan pertumbuhan dan ekspansi pada
kegiatan eksplorasi dan pengolahan minyak mentah di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Namun demikian, kita selalu dihadapkan pada dilema antara
peningkatan produksi dengan pelestarian sumberdaya alam lingkungan serta dampak
yang ditimbulkan dari proses produksi tersebut. Hal ini berarti perkembangan
industri baik pengolahan minyak bumi maupun industri yang menggunakan minyak
bumi, ternyata merupakan salah satu sumber pencemar lingkungan (Astri Nugroho,
2006).Industri minyak bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak terhadap
pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengelolaan
limbah pada kegiatan industri minyak pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan
lingkungan dan kemungkinan penurunan kualitas lingkungan. Limbah padat dapat
berupa lumpur minyak, lumpur aktif, drum-drum bekas bahan kimia, sampah dan
lain-lain. Limbah minyak merupakan kotoran minyak yang terbentuk dari proses
pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak. Limbah minyak mengandung minyak,
zat padat, air, dan logam berat. Limbah minyak ini merupakan bahan pencemar
yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan oleh sebab itu harus
segera ditanggulangi. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran
lingkungan dengan perbaikan pada sistim penambangan, pengolahan, penyaluran
minyak dan pengolahn limbah. Upaya pencegahan tumpahan minyak di lingkungan
dapat dilakukan dengan mengusahan sekecil mungkin tumpahan yang dapat terjadi
(Dessy, Y., 2002).
Penanganan kondisi
lingkungan yang tercemari minyak bumi dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan
biologi. Penanganan secara fisika biasanya dilakukan pada langkah awal yaitu
dengan mengisolasi secara cepat sebelum tumpahan minyak menyebar kemana-mana.
Metode fisika yang dapat digunakan ialah dengan mengambil kembali minyak bumi
yang tumpah dengan oil skimmer. Penanganan secara kimia lebih mudah
dilaksanakan yaitu tinggal mencari bahan kimia dan konsentrasi yang sesuai untuk mendegradasi
kandungan minyak bumi. Misalnya surfaktan sintetis seperti alkil-benzene
sulfonat (ABS) dan turunannya dapat digunakan sebagai bahan baku diterjen dan
mengatasi pencemaran minyak di daratan maupun dipermukaan laut. Namun. ini akan
membawa efek sampingan terhadap kehidupan lingkungan disekitar yang terkena
tumpahan minyak yaitu mencemari tanah dan air serta tidak dapat
didegradasi secara biologis. Penanganan secara kimia dan fisika merupakan cara
penanganan cemaran minyak bumi yang membutuhkan waktu yang relatif singkat,
tetapi metode ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Ini dapat dilakukan
jika tumpahan minyak bumi belum menyebar kemana-mana. Jika minyak bumi telah
mengendap dan menyebar sulit dilakukan dengan metode ini. Penanganan secara
biologi merupakan salah satu alternatif dalam upaya mendegradasi kandungan
minyak bumi di lingkungan. Surfaktan ramah lingkungan yang dapat dihasilkan
oleh mikroorgansime disebut biosurfaktan. Aplikasi biosurfaktan dapat digunakan
untuk recovery minyak bumi dan pembersihan tangki. Untuk
itu, perlu dicari jenis mikroorganisme yang aktif mendegradasi minyak bumi (Prince
et.al. 2003).
- Perumusan Masalah
Permasalahan
yang dirumuskan dan dibahas dalam makalah ini adalah :
- Permasalahan apa saja yang timbul akibat tumpahan minyak di laut?
- Apa saja penyebab tumpahan minyak di laut?
- Tujuan
Tujuan
makalah ini adalah :
- Mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi apabila tumpahnya minyak di laut.
- Manfaat
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas permasalahandampak tumpahan
minyak terhadap ekosistem mangrove dan biota laut.dan penanggulangan yang tepat
atas permasalahan yang terjadi.
- Makalah ini dapat memberikan literatur mengenai permasalahan tumpahan minyak dan penanggulangan yang tepat bagi kalangan akademisi dan peneliti.
- Makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi dalam penanggulangan atas permasalahan tumpahan minyak di laut.
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel
kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran
organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek
berbahaya. Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya
berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang
dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder(menyaring
air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam
rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin
besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari
partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi
anoxic.
Pencemaran laut (perairan pesisir) didefinisikan sebagai “dampak
negatif” (pengaruh yang membahayakan) terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan
kenyamanan (amenities) ekosoistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna
lainnya dari ekosistem laut yang disebabkan secara langsung maupun tidak
langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah (termasuk energi) ke dalam
laut yang berasal dari kegiatan manusia (GESAMP,1986).
Menurut Soegiarto (1978), pencemaran laut adalah perubahan laut yang
tidak menguntungkan (merugikan) yang diakibatkan oleh benda-benda asing sebagai
akibat perbuatan manusia berupa sisa-sisa industri, sampah kota, minyak
bumi, sisa-sisa biosida, air panas dan sebagainya. Terdapat banyak tipe
pencemaran yang sangat penting sehubungan dengan lingkungan kelautan, beberapa
diantaranya adalah:
1.
Perubahan kuala, teluk, telaga, pantai serta habitat-habitat pantai
karena pencemaran darat, pengerukan, pengurugan, dan pembangunan.
2.
Penyebaran pestisida dan bahan-bahan kimia lain yang tahan lama
3.
Pencemaran oleh minyak
4.
Penularan-penularan bahan-bahan radioaktif di seluruh dunia
5.
Pencemaran oleh panas
Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia.
Sebagian diakibatkan aktivitas pengeboran minyak dan industri. Separuh lebih
disebabkan pelayaran serta kecelakaan kapal tanker.Wilayah Indonesia
sebagai jalur kapal internasional pun rawan pencemaran limbah
minyak. Badan Dunia Group of Expert on Scientific Aspects of Marine
Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44 juta ton per tahun kandungan
hidrokarbon dari minyak telah mencemari perairan laut dunia. Masing-masing
berasal dari transportasi laut sebesar 4,63 juta ton, instalasi pengeboran
lepas pantai 0,18 juta ton, dan sumber lain (industri dan pemukiman) sebesar
1,38 juta ton.Limbah minyak sangat berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem
laut, mulai dari terumbu karang, mangrove sampai dengan biota air, baik yang
bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal (menghambat pertumbuhan,
reproduksi dan proses fisiologis lainnya). Hal ini karena adanya senyawa hidrokarbon
yang terkandung dalam minyak bumi, yang memiliki komponen senyawa kompleks,
seperti Benzena, Toluena, Ethilbenzena dan isomer Xylena (BTEX)Senyawa tersebut
berpengaruh besar terhadap pencemaran.
1. Pengaruh terhadap lingkungan laut.
Beberapa efek tumpahan minyak di laut dapat di lihat dengan jelas
seperti pada pantai menjadi tidak indah lagi untuk dipandang, kematian burung
laut, ikan, dan kerang-kerangan, atau meskipun beberapa dari organisme tersebut
selamat akan tetapi menjadi berbahaya untuk dimakan. Efek periode panjang (sublethal)
misalnya perubahan karakteristik populasi spesies laut atau struktur ekologi
komunitas laut, hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap masyarakat pesisir
yang lebih banyak menggantungkan hidupnya di sector perikanan dan budi daya,
sehingga tumpahan minyak akan berdampak buruk terhadap upaya perbaikan
kesejahteraan nelayan.
2. Pengaruh minyak pada komunitas laut.
Tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi kedalam dua tipe, minyak
yang larut dalam air dan akan mengapung pada permukaan air dan minyak
yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada
pasir dan batuan-batuan di pantai. Minyak yang mengapung zpada permukaan air
tentu dapat menyebabkan air berwarna hitam dan akan menggangu organisme yang
berada pada permukaan perairan, dan tentu akan mengurangi intensitas cahaya
matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dan dapat
memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal demikian terjadi, maka
secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut
karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis.
Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen
sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di
pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun organime intertidal,
organisme intertidal merupakan organisme yang hidupnya berada pada daerah
pasang surut, efeknya adalah ketika minyak tersebut sampai ke pada bibir
pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak seperti kepiting, amenon,
moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat mengalami
kematian. Namun pada daerah intertidal ini, walaupun dampak awalnya sangat
hebat seperti kematian dan berkurangnya spesies, tumpahan minyak akan cepat
mengalami pembersihan secara alami karena pada daerah pasang surut umumnya
dapat pulih dengan cepat ketika gelombang membersihkan area yang terkontaminasi
minyak dengan sangat cepat. Sementara pada organisme interstitial yaitu,
organisme yang mendiami ruang yang sangat sempit di antara butir-butir pasir
tentu akan terkena dampaknya juga, karena minyak-minyak tersebut akan
terakumulasi dan terendap pada dasar perairan seperti pasir dan batu-batuan,
dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, reproduksi, dan pertumbuhan dan
perkembangan hewan yang mendiami daerah ini seperti cacing policaeta, rotifer,
Crustacea dan organisme lain.
3. Perilaku Minyak di Laut
Senyawa
Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzene, touleuna, ethylbenzen,
dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak
bumi, bersifat mutagenic dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat
rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di air
maupun didarat, sehingga hal ini akan mengalami proses biomagnetion pada ikan
ataupun pada biota laut lain. Bila senyawa aromatic tersebut masuk ke dalam
darah, akan diserap oleh jaringan lemak dan akan mengalami oksidasi dalam hati
membentuk phenol, kemudian pada proses berikutnya terjadi reaksi konjugasi
membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air, kemudian masuk ke ginjal (Kompas,
2004).
Ketika
minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan
mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantaran proses tersebut adalah
membentuk lapisan ( slick formation ), menyebar (dissolution),
menguap (evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi
(emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil emulsions ),
emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), fotooksida,
biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh planton dan bentukan gumpalan
ter (Mukhstasor, 2007).
Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera
membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak
tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya
gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah
menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan lapisan
menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.Hilangnya sebagian material
yang mudah menguap tersebut membuat minyak lebih padat/ berat dan membuatnya
tenggelam. Komponen hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan membuat
lapisan lebih tebal dan melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia
dapat mengubah karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang
akan mengurangi jumlah minyak.Proses pembentukan lapisan minyak yang begitu
cepat, ditambah dengan penguapan komponen dan penyebaran komponen hidrokarbon
akan mengurangi volume tumpahan sebanyak 50% selama beberapa hari sejak pertama
kali minyak tersebut tumpah. Produk kilang minyak, seperti gasoline atau
kerosin hamper semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan viskositas yang
tinggi hanya mengalami pengurangan kurang dari 25%.
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penyebab Pencemaran Laut
1. Pencemaran oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias
dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak
mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak
dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang
akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a)
Torrey canyon dilepas pantai Inggris
1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b)
Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c)
Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh
tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi
kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung
akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya
mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan
daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera
menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena
ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2
tahun.
2. Pencemaran oleh logam berat
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram
atau lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram
adalah logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni),
merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai
permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran
logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi
oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung
Logam Berat :
Kertas
: Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang
: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk
: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Kilang minyak
: Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja
: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
Logam bukan besi : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan bermotor : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Semen, keramik : Cr
Tekstil
: Cr
Industri kulit
: Cr
Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang
menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam berat
yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara
langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat
diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang
berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat
terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.
3. Pencemaran oleh sampah
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung
dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir
Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk
hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut
berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam
akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang
di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan
lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya.
Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan
menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem
daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam
berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan
bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada
suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan
oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar
pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada
keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan
berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin
kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari
golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang
mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan
suatu masalah besar diperairan terbuka.
4. Pencemaran oleh pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka
sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol
hama tanaman atau organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya
pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh
organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak hewan lainnya, tetapi
pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan
kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis
ini termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana
molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun
sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk di
lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir
lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa
organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam
jaringan tubuhnya.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke
dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat
menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut ,
seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.
5. Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi,
biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini
dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan
pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih
lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya
menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena
nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini
kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk
di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia
(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan
kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai
Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu
contohnya adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan yang
membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada
manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati
ke arah pantai.
6. Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang
menyebabkan polusi udara, tanah dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik,
industri, asap kendaraan, dan banyak lagi. Salah satu contoh adalah semakin
banyak karbon dioksida memasuki atmosfer bumi, maka karbondioksida yang kita
hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan hujan asam dan juga meningkatkan kadar
keasaman laut menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat
mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk
cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan berdampak buruk pada ekosistem
di lautan . Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi peningkatan
keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang paling rentan menghadapi
peningkatan keasaman ini .
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional
Australia, terumbu karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah
Karbon Dioksida yang dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut,
dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang
akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun
berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya
adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi
bukan karena sebab alami
7. Pencemaran akibat polusi kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran
kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik
eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih
cepat di laut daripada di udara. Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki
penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi
akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di
dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan
di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).
Sumber suara di laut antara lain :
1. Sumber alami
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu
proses fisika serta proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas
tektonik, gunung api dan gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan contoh dari
aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.
2. Lalu lintas kapal
Banyak
dari kapal-kapal yang beroperasi di laut menimbulkan kebisingan yang
berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada pada batasan suara 1000Hz.
Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut minyak biasanya
mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau sekitar 500Hz. Sedangkan untuk
ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya menimbulkan gelombang suara
sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis tembok virtual yang
disebut “white noise” yang memiliki kebisingan konstan. White noise dapat
menghalangi komunikasi antara mamalia di laut sampai batas untuk area yang
lebih kecil. Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo
yang membawa petikemas memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran
suara di laut.
3. Eksplorasi dan
Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan survei seismik,
pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll. Kebanyakan dari survei
seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan
alat berisi udara yang memproduksi sinyal akustik dengan cepat mengeluarkan
udara terkompresi ke dalam kolom air. Metoda tersebut dapat menciptakan suara
dengan intensitas sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya terhadap hewan lainnya
juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran akibat dari tekanan air yang
ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns juga berpengaruh
terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini dapat
menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya paus jenis
mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana
dalam operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan
kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
4. Penelitian
Oseanografi dan Perikanan
Pernah
diadakan survei dengan menggunakan Acoustic Thermography of Ocean Climate
(ATOC) dimana digunakan kanal suara untuk memperlihatkan rata-rata temperatur
laut. Sistem ini digunakan untuk penelitian mengenai faktor temperatur laut.
Akibatnya terhadap hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka bergerak menjauh
(terutama Paus jenis tertentu) namun selang beberapa saat mereka kembali untuk
mencari makanan. Deruman dari Speaker yang dipasang berkekuatan 220 desibel
tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan 11000 mil jauhnya.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan
di sini, salah satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan
peledak atau pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga
merusak secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.
5. Kegiatan militer
Ada
beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan sumber suara yang
menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas kapal
naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan dalam
aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY) pernah mengembangkan suatu sistem
yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars (LFA) untuk keperluan militernya.
Dalam penggunaannya, terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif terhadap
kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek tersebut
ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus
sirip adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah
melalui beberapa penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh
terhadap kesehatan manusia. Beberapa penyelam NAVY yang menerima transmisi dari
sekitar 160 desibel akibat sistem tersebut terbukti terkena gangguan seperti
vertigo, gangguan terhadap gerakan tubuh serta gangguan di daerah perut dan
dada.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan
oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998)
dan Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan
oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di
Pulau Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm mengalami perubahan
kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia laut(
termasuk 2 spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat
latihan militer Amerika yang menggunakan sonar.
B. Dampak Pencemaran Laut
1. Logam berat
WHO (World Health Organization) atau
Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah
lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat
potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan
tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh Manusia :
Barium (Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka
panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.
· Cadmium (Cd):
Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara atau uap.
Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang,
terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan
hipertensi
· Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif
pada jaringan tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan
kerusakan pada ginjal
· Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap.
Jangka panjang, menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
· Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap.
Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan
pada kelahiran.
· Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu
permanen pada kulit, mata dan membran mukosa (mucus)
2. Tumpahan minyak
Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka
berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan
mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan keracunan pada burung tersebut.
3. Sampah
Banyak hewan
yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang plastik yang
terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak
dapat dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan ini,
sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian melalui
kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota laut,
adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penyakit yang
paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah bersentuhan dengan air
laut, dll.
4. Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :
v
Penumpukan pestisida dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat
mempengaruhi system syaraf pusat.
v Bahan
aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat merubah
tingkah laku ikan dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga ikan.
v Daya racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih
toleran terhadap racun pestisida dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei
(ikan bertulang sejati), dll.
5. Eutrofikasi
Eutrofikasi
adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan
fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena
terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami
kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2
karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi
menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
6. Peningkatan keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang,
kehidupan laut terpengaruh karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan
yang memiliki tulang karbonat kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi
penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai
sumber utama penghasil protein akan terkena dampak dari peningkatan keasama
laut tersebut.
7. Polusi kebisingan
Gangguan
bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas yang dapat
berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang menjadikan
tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti diketahui bahwa suara-suara
biologi ini penting seperti untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi antara
ibu dan anak, untuk manarik perhatian, atau melemahkan mangsa.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pencemaran laut terjadi apabila dimasukkannya oleh manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung, sesuatu benda, zat atau energi ke dalam
lingkungan laut, sehingga menimbulkan akibat sedemikian rupa kepada alam dan
membahayakan kesehatan serta kehidupan manusia dan ekosistem serta merugikan
lingkungan yang baik dan fungsi laut sebagaimana mestinya. Tumpahan minyak
menjadi penyebab utama pencemaran laut. Minyak yang tumpah diakibatkan oleh
operasi kapal tanker, docking (perbaikan/perawatan kapal), terminal bongkar
muat tengah laut, tanki ballast dan tanki bahan bakar, scrapping kapal
(pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua), kecelakaan tanker (kebocoran
lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan), sumber di darat (minyak
pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon ( perkantoran &
industri ), dan tempat pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery ).
- Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya adalah in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.
- Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan.
B. Saran
Masuknya minyak ke dalam perairan karena aktifitas manusia merupakan hal
yang fatal. Sehingga kita sebagai insan akademisi di harapkan terus memberi
kontribusi dengan memikirkan masalah-masalah serius seperti ini.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah,
Rachmat Benny, 1999, Kebijaksanaan, Strategi, dan Program Pengendalian
Pencemaran dalam Pengelolaan Pesisir dan Laut, Prosiding Seminar Sehari
Teknologi dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung:
Jurusan Teknologi Lingkungan ITB.
Charade,
Titi Heri Subandri, 1983, Sekali Lagi Tentang Penanggulangannya : Pencemaran
Air Akibat Industri Minyak, dalam Harian Pikiran Rakyat, edisi 15Mei 1983.
Eckenfelder Jr., W.Wesley, 1989, Industrial Water Pollution Control,
2ndedition, Singapore: McGraw Hill International Editions.
Pramudianto,
Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan
atau Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan
Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan
ITB.
No comments:
Post a Comment