KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami
panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karuniaNyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya . Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Pelajaran IPS Sejarah dengan
judul Asal Usul Nenek Moyang Indonesia. Dengan membuat tugas ini kami
diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Asal Usul Nenek Moyang Indonesia
.
Kami sadar, sebagai
seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga
makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi
muda bahwa kita juga harus mengetahui Asal Usul dan Perkembangan nenek moyang
kita di Indonesia .
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Kover………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan
Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia…………………………………
B.
Sejarah Terbentuknya Kepulauan Indonesia…………………………………….
C.
Kebudayaan Masyarakat Pra Aksara……………………………………………
D. Perkembangan
Teknologi Purba ………………………………………………..
E.
Jenis-Jenis Manusia Purba………………………………………………………
F.
Mengenal Api …………………………………………………………………………
G. Dari
Berburu Sampai Bercocok Tanam ………………………………………………
H. System
Kepercayaan…………………………………………………………………..
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………………
B.
Saran…………………………………………………………………………………….
Daftar
pustaka………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi banyak masyarakat yang tidak
tahu akan nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya
zaman, semakin banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarah nenek
moyangnya sendiri . Hal ini mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia
masih di ragukan . berangkat adri permasalahan ini, kami ingin membahas tentang
Asal Usul Nenek Moyang Indonesia .
1.2. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan
latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia?
- Menjelaskan Sejarah Terbentuknya Kepulauan Indonesia?
- Menjelaskan Kebudayaan Masyarakat Pra Aksara?
- Menjelaskan Perkembangan Teknologi Purba
- Menjelaskan Jenis – Jenis Manusia Purba
- Menjelaskan Mengenal Api.
- Menjelaskan Sistem Kepercayaan
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini
dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para
remaja dalam pemahaman tentang Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Pada Masa Pra Aksara
di Indonesia
Masyarakat
Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu daerah yang terletak di Myanmar
(Birma). Pada waktu berpindah dari Yunan ke Indonesia, mereka belum mengenal
tulisan. Oleh karena itu, mereka disebut masyarakat pra aksara. Tujuan
perpindahan mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka hidup
secara nomaden, yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tempat
– tempat yang menjadi tujuan mereka adalah tempat yang menghasilkan bahan
makanan. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Untuk
mencapai Indonesia tidak terlalu sulit karena pada waktu mereka berpindah,
wilayah Indonesia masih menyatu dengan daratan Asia. Hal ini dibuktikan dengan
persamaan fauna (binatang) yang hidup di Indonesia dan daratan Asia.
Ketika
sampai di Indonesia, mereka masih hidup secara nomaden. Lama kelamaan,
kehidupan mereka mengalami kemajuan. Mereka mulai mengenal sistem bercocok
tanam. Untuk keperluan bercocok tanam, mereka mulai menetap sementara. Setelah
selesai bercocok tanam, mereka berpindah ke tempat lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Di tempat yang baru, mereka akan bercocok tanam dan hidup
menetap sementara. Akhirnya, mereka akan kembali ke tempat semula apabila musim
panen telah tiba. Kehidupan ini dilakukan secara terus menerus. Oleh karena
itu, mereka disebut sebagai masyarakat semi nomaden.
Kehidupan
mereka terus berkembang dan akhirnya mereka mulai hidup menetap di suatu
tempat. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka tidak semata – mata bergantung
kepada apa yang disediakan alam. Mereka mulai mengenal sistem pertanian dengan
menanam berbagai jenis tanaman dan mulai memelihara ternak. Di samping itu,
mereka mulai hidup secara bersama sehingga terbentuklah masyarakat pra sejarah.
Mereka saling membantu dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Misalnya,
untuk menangkap binatang buruan, mereka lakukan secara bersama – sama.
Untuk
memudahkan cara memenuhi kebutuhan, masyarakat pra aksara mulai mengenal dan
membuat peralatan. Alat – alat itu terbuat dari batu, tulang, kayu, atau logam.
Alat – alat tersebut ada yang sangat kasar, agak halus, dan sangat halus
bentuknya. Di samping itu, ada yang bulat, pipih, runcing, kecil, dan besar.
Bentuk dan jenis alat – alat itu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
hidupnya. Sisa – sisa peralatan yang terbuat dari tulang dan kayu, umumnya
telah membatu (menjadi batu) atau sering disebut fosil. Sisa – sisa peninggalan
ini disebut sebagai hasil kebudayaan fisik (materi).
Masyarakat
pra aksara sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah
kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa. Sedangkan dinamisme
adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Aliran
kepercayaan ini disebut sebagai kebudayaan rohani.
B. Sejarah Terbentuknya
Kepulauan Indonesia
Indonesia
dengan luas wilayah 1.990.250 Km2 yang secara geografis
terletak diantara dua benua (Benua Asia dan Benua Australia) dan dua
Samudra (samudra Hindia dan samudra Pasifik). Indonesia juga merupakan Negara
kepulauan yang memiliki 13.478 buah pulau, jumlah tersebut adalah jumlah yang
didaftarkan ke PBB, yang diidentifikasi berdasarkan metode dan definisi
konvensi PBB.
Secara
zoogeografi, Indonesia dipisahkan oleh garis Wallace, garis ini memisahkan
bagian barat (Oriental region; Indo-malayan sub region) dan bagian timur
(Australian region; Austro-malayan subregion). garis ini terletak antara pulau
Bali dan pulau Lombok di selatan dan antara pulau Borneo dan pulau Sulawesi di
Utara. Bagian barat termasuk di; pulau Sumatra, pulau Jawa dan pulau
Borneo (wilayah Indonesia disebut Kalimantan) serta pulau-pulau kecil di
sekitarnya, sedangkan pada bagian timur terdapat; pulau Sulawesi, Irian Jaya,
pulau Sumbawa, pulau Flores, pulau Sumba dan pulau-pulau kecil yang terdapat di
sekitarnya. Hal ini dikarenakan fauna yang terdapat di Indonesia merupakan
fauna yang sama tipenya dengan fauna yang berasal dari benua Asia dan benua
Australia.
Sedangkan
secara fitogeografi, Indonesia termasuk ke dalam Paleotropical kingdom;
Indo-malaysian subkingdom; Malaysian region (Lincoln et al, 1998).
Perbedaan penyebaran fauna dan flora secara geografis ini sangat dipengaruhi
oleh kemampuan masing-masing dalam melakukan pemencaran dan barriernya. Hewan
senantiasa memiliki suatu luas jelajah tertentu dan terutama hewan terrestrial,
yang dibatasi oleh barrier-barrier geografis. Sedangkan tumbuhan memiliki
distribusi yang luas dengan cara pemencaran yang beragam.
Kenapa
fauna yang terdapat di bagian barat garis Wallace memiliki typical yang berbeda
dengan yang terdapat di bagian timur? Apa factor utama yang menyebabkan hal
ini?
Tulisan
kali ini akan membahas tentang sejarah terbentuknya wilayah Indonesia secara
geografis, sehingga pertanyaan kita tentang pengaruh benua Asia dan Australia
dalam fauna dan flora di Indonesia dapat dipahami dengan lebih mendetail.
- Rodinia (1200 Mya)
Pada 1200
juta tahun lalu, seluruh daratan yang ada di bumi tergabung menjadi super benua
yang dinamakan dengan Rodinia. Rodinia berada pada Era Neoproterozoic.
Berdasarkan rekonstruksi ulang yang dilakukan oleh beberapa ahli, Rodinia
tersusun dari beberapa Craton; Craton Amerika utara (yang nantinya
akan terpisah dan menjadi Laurasia), Craton ini dikelilingi oleh craton lainnya,
pada bagian tenggara craton Eropa Timur, craton Amazonia dan craton Afrika
barat. Pada bagian selatan, Rio plato dan San Fransisco, sedangkan pada bagian
barat daya; craton Kongo dan craton Kalahari. Pada bagian timur laut; craton
Australia, craton India dan craton Antartica. Sedangkan untuk craton
Siberia, craton china utara dan selatan, para ahli memiliki perbedaan pendapat
untuk rekonstruksi craton ini
.Pada
super benua Rodinia, kita melihat bahwa Australia pada era ini, sudah mulai
terpisah dari daratan lain, sehingga dinamakan craton Australia.
- Gondwana dan Laurasia (650 Mya)
Karena
pergerakan kerak bumi, Rodinia terpisah menjadi dua super benua yaitu Gondwana
dan laurasia. Bagian-bagian yang akan membentuk Indonesia termasuk ke dalam
super benua Gondwana, juga Australia. Pada masa ini pulau Papua sudah terpisah
dari Australia. Sedangkan pulau-pulau lainnya dari Indonesia masih tergabug
dalam craton China Utara.
- Pangea (306 Mya)
Juga
merupakan super benua yang terbentuk dari bersatunya Gondwana dan Laurasia.
pada era Paleozoic, era setelah Neoproteozoic. Saya ingin membahas dalam
tulisan terpisah mengenai perbedaan Rodinia dan Pangea. Sekitar tahun ini
beberapa pulau dari Indonesia sudah mulai terpisah dari craton China Utara,
para ahli menyebutnya dengan Malaya. Pada era ini craton China Utara dan craton
China Selatan masih terpisah.
- Periode Cretaceous (94 Mya)
Periode
Cretaceous termasuk ke dalam Era Mesozoic, pada periode ini China utara dan
China selatan sedah menyatu dan mulai membentuk Benua Asia. Begitu juga dengan
Malaya, juga bersatu ke dalam Benua ini.
- Periode Tertiary (50 Mya)
Periode
ini juga termasuk ke dalam Era Cenozoic, pada periode ini Indonesia mulai
terbentuk. Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo masih terpisah jauh dengan pulau
Papua. Bagaimana dengan Sulawesi, berdasarkan pendapat para ahli, Pulau
Sulawesi terbentuk dari pulau-pulau kecil bagian dari daratan Asia,
daratan Australia dan pulau-pulau kecil yang awalnya berada pada samudra
Pasifik, yang disebabkan oleh pergerakan kulit bumi, pulau-pulau ini kemudian
membentuk Sulawesi.
Jadi,
pulau-pulau cikal bakal dari kepulauan Indonesia mulai terbentuk sekitar 50
juta tahun lalu (Mya).Pada Periode Quaternary (sekitar 2 juta tahun yang lalu-
sekarang) itulah proses utama pembentukan kepulauan Indonesia. sekitar 1 juta
tahun yang lalu, pada saat Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Borneo
masih menyatu dengan Semanjung Asia, disebut dengan “Paparan Sunda”. Paparan
sunda ini terpisah oleh naiknya permukaan air laut, mulai dari 20,000
tahun yang lalu sampai sekarang, dengan permukaan air laut yang naik/turun
karena dipengaruhi oleh suhu Bumi dan Glacier, beberapa kali pulalah Paparan
sunda ini terpisah menjadi beberapa pulau, kemudian menyatu kembali, dan
terpisah kembali secara berulang-ulang, sampai kita lihat pada saat sekarang
ini.
Penjelasan
ringkas ini, menggambarkan bahwa asal dari pulau-pulau yang terdapat di
Indonesia berbeda-beda. Pulau Papua yang berasal dari craton Australia
dahulunya, dan telah terbentuk beberapa juta tahun lalu, sebelum terbentuknya
pulau lain di Indonesia. Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo yang merupakan bagian
dari craton China Utara, yang kemudian akibat pergerakan kulit bumi membentuk
daratan Asia, dan pada Periode Tertiary, pulau Sumatra, Jawa dan Borneo terpisah.
Berdasarkan rekonstruksi ini, kita bisa melihat darimana asal Fauna dan Flora
yang terdapat di Indonesia. sehingga Fauna yang terdapat pad pulau Sumatra,
Jawa dan Borneo memiliki karakter yang sama dengan yang terdapat di benua Asia,
begitu juga denga pulau Papua yang berasal dari craton Australia.
Sedangkan
pulau unik Sulawesi yang terbentuk dari gabungan beberapa daratan Asia,
Australia dan beberapa pulau dari Samudara Pasifik, menyebabkan pulau ini
memiliki fauna yang unik dan khas.
Wallace
menyatakan perbedaan antara bagian timur dan Barat Indonesia dengan suatu
garis, berdasarkan kepada hal ini dan juga berdasarkan observasi dan
penelitian-penelitian yang dilakukannya.
Pulau
Irian Jaya dan Kalimantan : Keduanya memilki kesamaan proses terbentuknya,
mereka terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya permukaan
bumi, sesuai teori Plate Tectonic yang menyebutkan bahwa
dahulu seluruh daratab di muka bumi ini adalah satu daratan yang maha luas
bernama Pangea lalu terpecah menjadi dua yaitu Godwana(di
Selatan) dan Laurasia(di Utara). Seiring waktu berjalan kedua lempeng besar
tersebut terpecah-pecah kembali menjadi pecahan benua-benua seperti sekarang
ini, Asia, Afrika, Amerika, Australia, dulunya adalah satu pualu besar.
Pulau-pulau
kecil, contonhnya Kep. Seribu dll : Proses terbentuknya pulau-pulau ini,
sangat sederhana dibanding yang lain. Mereka berasal dari endapan pecahan
kerang, koral dan binatang laut lainnya. Semakin lama semakin besar, dan
akhirnya terbentuklah sebuah pulau baru.
Kurang
lebih seperti itulah cara terbentuknya pulau-pulau di Indonesia. Maaf jika di
awal, saya sedikit mengulas tentang tektonik lempeng. Hal ini bertujuan agar
pembaca yang sama sekali buta tentang Geologi tetap dapat
mencerna penjelasan ini dengan baik. Di akhir, saya juga ingin mengingatkan
kepada pembaca sekalian agar selalu waspada terhadap bencana yang sewaktu-waktu
dapat menimpa tanpa aba-aba sebelumnya.
C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT PRA AKSARA
Zaman pra
aksara dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
- zaman batu, dan
- zaman logam.
Pembagian
itu didasarkan pada alat – alat atau hasil kebudayaan yang mereka ciptakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya. Secara skematis, pembagian
zaman pra aksara dapat digambarkan sebagai berikut:
Disebut
zaman batu karena hasil – hasil kebudayaan pada masa itu sebagian besar terbuat
dari batu, mulai dari yang sedernaha dan kasar sampai pada yang baik dan halus.
Perbedaan itu merupakan gambaran usia peralatan tersebut. Semakin sederhana dan
kasar, maka peralatan itu dikatakan berasal dari zaman yang lebih tua, dan
sebaliknya.
Zaman
batu sendiri dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
- zaman batu tua (paleolitikum),
- zaman batu tengah (mesolitikum), dan
- zaman batu muda (neolitikum).
Di
samping ketiga zaman batu itu, juga dikenal zaman batu besar (megalitikum).
Beberapa
hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di antaranya adalah kapak genggam,
kapak perimbas, monofacial, alat – alat serpih, chopper, dan beberapa jenis
kapak yang telah dikerjakan kedua sisinya. Alat – alat ini tidak dapat
digolongkan ke dalam kebudayaan batu teras maupun golongan flake. Alat – alat
ini dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak jarang
yang hanya berupa pecahan batu. Beberapa contoh hasil kebudayaan dari zaman
paleolitikum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Chopper
merupakan salah satu jenis kapak genggam yang berfungsi sebagai alat penetak.
Oleh karena itu, chopper sering disebut sebagai kapak penetak. Mungkin kalian
masih sulit membayangkan bagaimana cara menggunakan chopper. Misalnya, kalian
akan memotong kayu yang basah atau tali yang besar, sementara kalian tidak
memiliki alat pemotong, maka kalian dapat mengambil pecahan batu yang tajam.
Kayu atau tali yang akan dipotong diletakan pada benda yang keras dan bagian yang
akan dipotong dipukul dengan batu, maka kayu atau tali akan putus. Itulah, cara
menggunakan kapak penetak atau chopper.
Contoh
hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah flake atau alat – alat serpih.
Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di
Sangiran (Jawa Tengah) dan Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi
yang besar, terutama untuk mengelupas kulit umbi – umbian dan kulit hewan.
Perhatikan
salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan Cebbenge.
Pada
Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasil – hasil kebudayaan, juga
ditemukan beberapa peninggalan, seperti tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari
rahang bawah kanan, dan tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis
manusia. Selama masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak
mengalami perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek moyang
dari Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak aneh karena
Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat sempit, busur alis mata yang tebal,
otak yang kecil, rahang yang besar, dan geraham yang kokoh. Di samping ini
adalah salah tengkorak Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth,
dan von Konigwald di Ngandong pada tahun 1936 – 1941.
Pada
Zaman Mesolitikum terdapat tiga macam kebudayaan yang berbeda satu sama lain,
yaitu kebuadayaan:
- Bascon – Hoabin,
- Toale, dan
- Sampung.
Ketiga
kebudayaan itu diperkirakan datang di Indonesia hampir bersamaan waktunya.
Kebudayaan
Bascon – Hoabin ditemukan dalam goa – goa dan bukit – bukit kerang di Indo
Cina, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Daerah – daerah itu merupakan
wilayah yang saling berkaitan satu sama lainnya. Kebudayaan ini umumnya berupa
alat dari batu kali yang bulat. Sering disebut sebagai ‘batu teras’ karena
hanya dikerjakan satu sisi, sedangkan sisi yang lain dibiarkan tetap licin.
Sumateralith
adalah salah jenis peralatan manusia pra aksara Indonesia yang berfungsi
sebagai alat penetak, pemecah, pemotong, pelempar, penggali, dan lain – lain.
Alat ini ditemukan di Sumatera dalam jumlah yang sangat banyak. Penemuan ini
merupakan fenomena yang menarik karena berkaitan dengan kehidupan masyarakat
pada waktu itu. Sekurang – kurangnya, penemuan itu merupakan bukti bahwa
kehidupan masyarakat sudah semakin maju dengan kebutuhan yang semakin tinggi.
Sistem
pertanian dilakukan dengan sederhana. Mereka menanam tanaman untuk beberapa
kali dan sesudah itu ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat lain dan
melaksanakan sistem pertanian yang sama untuk kemudian berpindah lagi. Sistem
pertanian itu sangat tidak ekonomis, tetapi lebih baik dari kehidupan
sebelumnya. Mereka mulai hidup menetap, meski untuk waktu yang tidak lama.
Mereka telah membangun pondok – pondok yang berbentuk persegi empat siku –
siku, didirikan di atas tiang – tiang kayu, diding-dindingnya diberi hiasan
dekoratif yang indah.
Sedangkan
peralatan yang mereka pergunakan masih terbuat dari batu, tulang, dan tanduk.
Meskipun demikian, peralatan itu telah dikerjakan lebih halus dan lebih tajam.
Pola umum kebudayaan dari masa neolitikum adalah pahat persegi panjang. Alat –
alat perkakas yang terindah dari kebudayaan ini ditemukan di Jawa Barat dan
Sumatera Selatan karena terbuat dari batu permata. Di samping itu, ditemukan
beberapa jenis kapak (persegi dan lonjong) dalam jumlah yang banyak dan mata
panah.
Berbagai
jenis kapak yang ditemukan memiliki fungsi yang yang hampir. Pada masa
neolitikum, perkembangan kapak lonjong dan beliung persegi sangat menonjol.
Konon kedua jenis alat ini berasal dari daratan Asia Tenggara yang masuk ke
Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur. Persebaran kapak lonjong dan
beliung persegi dapat dilihat dalam peta di bawah ini.
Berdasarkan
hasil penelitian, peralatan manusia purba banyak ditemukan di berbagai wilayah,
seperti daerah Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong (Jawa Tengah), Perigi dan
Tambang Sawah (Bengkulu), Lahat dan Kalianda (Sumatera Selatan), Sembiran
Trunyan (Bali), Wangka dan Maumere (Flores), daerah Timor Timur, Awang Bangkal
(Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan). Beberapa peralatan yang
penting dan banyak ditemukan, di antaranya:
- Kapak perimbas. Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggenggam. Kapak ini ditemukan hampir di daerah yang disebutkan di atas dan diperkirakan berasal dari lapisan yang sama dengan kehidupan Pithecanthropus. Kapak jenis juga ditemukan di beberapa negara Asia, seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Pilipina sehingga sering dikelompokkan dalam kebudayaan Bascon-Hoabin.
- Kapak penetak. Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih besar dan kasar. Kapak ini digunakan untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
- Kapak genggam. Kapak genggam memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih kecil dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara menggunakan kapak ini adalah menggenggam bagian yang kecil.
- Pahat genggam. Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Menurut para ahli, pahat ini dipergunakan untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari ubi – ubian yang dapat dimakan.
- Alat serpih. Alat ini memiliki bentuk yang sederhana dan berdasarkan bentuknya alat diduga sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Alat ini banyak ditemukan di gua – gua dalam keadaan yang utuh. Di samping itu, alat ini juga ditemukan Sangiran (Jawa Tengah), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan Timor.
- Alat – alat dari tulang. Tampaknya, tulang – tulang binatang hasil buruan telah dimanfaatkan untuk membuat alat seperti pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain – lainnya. Alat – alat ini banyak ditemukan di Ngandong dan Sampung (Ponorogo). Oleh karena itu, pembuatan alat-alat ini sering disebut kebudayaan Sampung.
- Blade, flake, dan microlith. Alat-alat ini banyak ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan gua – gua di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Semua alat – alat itu sering disebut sebagai kebudayaan Toale atau kebudayaan serumpun.
Di samping kebudayaan material, masyarakat pra aksara
telah memiliki atau menghasilkan kebudayaan rohani. Kebudayaan rohani mulai
muncul dalam kehidupan manusia, ketika mereka mulai mengenal sistem
kepercayaan. Sistem kepercayaan telah muncul sejak masa kehidupan berburu dan
mengumpulkan makanan. Kuburan merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat telah
memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan kepada orang telah
meninggal. Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan tetap
hidup dan pergi ke suatu tempat yang tinggi. Bahkan, jika orang itu berilmu
atau berpengaruh dapat memberikan perlindungan atau nasihat kepada mereka yang
mengalami kesulitan.
Sebenarnya, zaman megalitikum bukan kelanjutan dari
zaman batu sebelumnya. Megalitikum muncul bersamaan dengan zaman mesolotikum
dan neolitikum. Pada zaman batu pada umumnya, muncul kebudayaan batu besar
(megalitikum) seperti menhir, batu berundak, dolmen, dan sebagainya.
Sementara, zaman logam dibedakan menjadi 3 (tiga)
zaman, yaitu:
- zaman Tembaga,
- zaman Perunggu, dan
- zaman Besi.
Namun, zaman Tembaga tidak pernah berkembang di
Indonesia. Dengan demikian, zaman logam di Indonesia dimulai dari zaman
Perunggu. Beberapa peninggalan dari zaman logam, di antaranya adalah nekara,
bejana, dan kapak yang terbuat dari perunggu, serta belati dari besi.
D. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PURBA
Zaman purba terjadi antara abad ke 15 – 7 Sebelum
masehi. Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah
dilakukan oleh Bangsa Mesir. Banjir Sungai Nil yang terjadi tiap tahun
ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey.
Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh Bangsa Babilonia dan India yang
memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan
bangsa Mesir.
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima
semua peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan
data dan sebagainya, namun mereka sekedar menerima pengumpulan saja.
Fakta-fakta hanya diolah sekedarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama,
yaitu common denominator; itu pun barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan.
Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan itu senantiasa
dihubungkan dengan dewadewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan
perbintangan menjelma menjadi astrologi.
Pengamatan
yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute
facts atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih
berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran
(receptive attitude dan receptive mind) (Santoso, 1977: 27).
Perkembangan
pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat dirunut jauh ke
belakang, bahkan sebelum abad ke-15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan
pada masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu
pengetahuan yang member manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya
zaman batu tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat
bahwa zaman batu berlangsung selama jutaan tahun. Sesuai dengan namanya, zaman
batu, pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak
dari temuan-temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong dan membelah.
Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu, manusia pada zaman itu
juga menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari tulang binatang antara
lain digunakan menyerupai fungsi jarum untuk menjahit.
Ditemukannya
benda-benda hasil peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa
manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan
alam sekitarnya. Seiring dengan perkembangan waktu, benda-benda yang
dipergunakan pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan dilakukan
berdasarkan pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan
tanpa dasar, menuruti proses trial and error.
Akhirnya, dari proses trial and error, yang memakan
waktu ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi perkembangan dan penyempurnaan
pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga manusia menemukan bahan dasar
pembuatan alat yang baik dan kuat serta hasilnya pun menjadi lebih
baik. Dengan demikian tersusunlah pengetahuan know how. Dalam bentuk know
how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan kepada generasi-generasi
selanjutnya. Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah
manusia menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuhnya, ketergantungan manusia akan iklim
menjadi berkurang. Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan perlengkapan
dalam berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api menjadi lebih
penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan merintis jalan pada
pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah misalnya,
peralatan besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer, 1982 :
6). Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi beberapa ribu
tahun sebelum masehi. Peristiwa ini terjadi ketika manusia berada pada zaman
batu muda (neolithikum).
Pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara hidup
manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan bermukim
(menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai irigasi, dan mulai beternak
hewan. Pada masa itu juga telah muncul kemampuan menulis, membaca dan
berhitung. Dengan adanya kemampuan menulis, beberapa peristiwa penting dapat
dicatat dan kemudian dapat dibaca oleh orang lain sehingga akan
lebih cepat disebarkan. Kemampuan berhitung juga sangat menunjang
perkembangan pengetahuan karena catatan tentang suatu peristiwa menjadi lebih
lengkap dengan data yang relatif lebih teliti dan lebih jelas.
Menurut Anna Poedjiadi (1987 : 28-32) pada zaman purba
perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti Mesir,
Babylonia, Cina dan India. Ada keterakitan dan saling pengaruh antara
perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan
alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap perkembangan
teknik yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah
mengembangkan teknik peralatan perunggu di jaman Dinasti Shang, sedangkan
peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM
pada zaman Dinasti Chin. India memberikan sumbangsih yang besar dalam
perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan desimal. Pemikiran
Budhisme yang diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga Dinasti Maurya, telah
menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem
bilangan pada zaman modern. India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk
pembuatan tembikar pada abad ke-30 SM.
Sayangnya peradaban yang sudah maju itu mengalami
kepunahan pada abad ke-20 SM, baik karena bencana alam maupun peperangan.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan
adanya lima kemampuan, yaitu :
- pengetahuan didasarkan pada pengalaman (empirical knowledge);
- pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikapreceptive mind, dan kalau pun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersifat mistis, magis, dan religius;
- kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi;
- kemampuanmenulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesaterhadap hasil abstraksi yang dilakukan; dan
kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas
dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana
bulan dan matahari.
E. JENIS – JENIS MANUSIA PURBA
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pada
zaman atau kala Pleistosin hidup beberapa jenis manusia purba. Secara ringkas
kehidupan manusia purba disajikan dalam tabel di bawah ini.
Homo Sapiens merupakan perkembangan dari jenis manusia
sebelumnya dan telah menunjukkan bentuk seperti manusia pada masa sekarang.
Fosil jenis manusia ini ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
F. MENGENAL API.
Dari proses trial and error, yang memakan waktu
ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi perkembangan dan penyempurnaan
pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga manusia menemukan bahan dasar
pembuatan alat yang baik dan kuat serta hasilnya pun menjadi lebih
baik. Dengan demikian tersusunlah pengetahuan know how. Dalam bentuk know
how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan kepada generasi-generasi
selanjutnya. Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah
manusia menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuhnya, ketergantungan manusia akan
iklim menjadi berkurang. Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan
perlengkapan dalam berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api menjadi
lebih penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan merintis jalan
pada pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah
misalnya, peralatan besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer,
1982 : 6).
H. SISTEM KEPERCAYAAN
Sistem Kepercayaan Manusia Praaksara
Sistem kepercayaan telah berkembang pada masa manusia
praaksara. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan lain di luar mereka. Oleh sebab
itu, mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah
dengan mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, atau
upacara ritual lainnya. Beberapa sistem kepercayaan manusia purba adalah
seperti berikut.
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami
semua benda. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh
terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh
manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu mendiami semua
benda, misalnya pohon, batu, gunung, dsb. Agar mereka tidak diganggu roh jahat,
mereka memberikan sesaji kepada roh-roh tersebut.
b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu
mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi keberhasilan atau
kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap
kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu
terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dll.
Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara
pemberian sesaji, atau ritual lainnya.
c. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu
dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang
dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.
Dalam melaksanakan upacara penyembahannya, manusia
purba membuat berbagai bangunan dari batu. Masa ini disebut sebagai kebudayaan
Megalithik atau Megalithikum (kebudayaan batu besar). Bangunan-bangunan
tersebut masih dapat ditemui saat ini. Sarana upacara ritual manusia purba
antara lain seperti berikut.
(1) Peti kubur batu, bangunan yang berfungsi sebagai
peti jenazah. Peti kubur ada yang berbentuk kotak persegi panjang, ada pula
yang berbentuk kubus dan memiliki tutup dari batu bergambar (disebut juga
waruga), serta ada pula yang berbentuk menyerupai mangkuk (disebut juga
sarkofagus). Di dalamnya, selain jenazah, juga terdapat ‘bekal kubur’.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asal usul manusia berkaitan dengan teori evolusi.
Tokoh yang mengeluarkan
teori
evolusi ialah Charles Darwin. Berdasarkan
teorinya, Darwin mencoba memberikan jawaban tentang asal-usul manusia dan
bagaimana manusia itu mengalami perkembangan secara fisik. Penemuan manusia
purba di Indonesia dapat menjelaskan tentang asal usul dan penyebaran manusia
di Indonesia. Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut maka timbul berbagai teori
mengenai asal usul dan persebaran manusia di Indonesia.
B.
Saran
Demikianlah
makalah ini saya susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
makalah ini .
DAFTAR
PUSTAKA
Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah
1 Indonesia dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
Mustopo Habib. 2007. Sejarah 1.
Jakarta : Yudhistira
http://fitrinuraenialhafidza.wordpress.com/2013/02/19/makalah-asal-usul-penyebaran-dan-pengaruh-nenek-moyang-bangsa-indonesia/
No comments:
Post a Comment